Wajah langit muram terhimpit mendung,,,
Hanya pasrah meski tatapnya
setengah marah,,,
Doanya menanti kedewasaan
mentari,,,
Agar awan hitam segera terusir pergi,,,
Jauh diteratas lapisan bumi,,,
Dengan lantang doanya
ku'Amieni,,,
Kedewasaan mentari pun turut
ku'nanti,,,
Agar tetap terik mendominasi
hari,,,
Agar tetap kering alas berpijaknya kaki,,,
Maaf hujan,,,
Bukan aku yang tak ingin kau
datang,,,
Atau enggan menikmati indah
warna pelangi yang engkau
janjikan,,,
Tapi lihatlah diujung sana,,,
Ada jiwa yang terbungkus raga,,,
Tatap pula putih pucat parasnya,,,
menyerupai mahluk yang tak lagi
bernyawa,,,
Dia kekasih'ku,,,
Tatih langkahnya tertuju pada'ku,,,
Cinta yg di genggamnya pun
untu'ku,,,
Untuk membasuh sendi rindu'ku
yang lama kaku,,,
Hujan,,,
Aku mengerti jika kau geram,,,
Teramat paham jika kau pun
dendam,,,
Karna doa yang ku Amieni,,,
Buat rintik'mu tertahan,,,
Nanti jika kekasih'ku sampai,,,
Atau dia telah dalam pelukan,,,
Luapkan marah'mu sesuka'mu,,,
Siramilah hari semau'mu..
Kau Tenggelamkan bumi pun,,,
Tak peduli amat bagi'ku...
0 comments:
Post a Comment